Guyonan Warung
Tengah malam seperti biasanya setelah berdiskusi ngalor-ngidul di rumahku, komunitas KERTAS (Kelompok Kreativitas) mangkal di warung Internet (Indomie Telor Kornet) Tembalang. Disitu kami membahas macam-macam persoalan dari masalah cewek cakep sampai cowok cabul, dari infotaiment sampai gosipin dosen, komentar karya-karya Arsitek dari serius sampai yang konyol. Nah, tapi yang lumayan seru adalah persoalan pembajak software komputer (tapi ini bukan karya musik).
Berawal dari kejengkelan kita sebagai mahasiswa yang aktivitasnya sehari-hari tentunya berhadapan dengan komputer harus dihadapkan dengan realita bahwa 90% software yang kita pakai untuk bekerja adalah bajakan (10%nya driver atau gratisan) dan pemerintah sendiri nampaknya tidak arif dalam menanggapi hal ini. Dengan berbekal hujatan dari para pemegang lisensi software, melarang peredaran software-software bajakan tersebut namun tidak dibarengi dengan perhatian kebutuhan konsumen terutama mahasiswa (mahasiswa tulen yang seharusnya sudah merasa malu bergantung pada orang tua). Alhasil yang terlihat sekarang para rental-rental software bajakan uring-uringan dengan petugas razia, nah kalau sudah begini mahasiswalah yang direpotkan. Di semarang sendiri jarang ada toko-toko yang menjual software asli (kalaupun ada, yang dijual hanya versi demo atau tutorialnya saja). Satu-satunya jalan adalah membelinya lewat internet atau pergi ke kota-kota besar yang tersedia outlet software itu sendiri, dan itu mungkin harganya selangit.
Bukan Semata-mata Salah Pembajak
Obrolan ini adalah banyolan konyol, namun kalau dipikir-pikir masuk akal juga. Berbekal dengan pengetahuan membaca buku dan koran yang pas-pasan ditambah pengalaman belajar 16 tahun lebih menghasilkan suatu penelitian ilmiah yang keakuratannya sangat-sangat diragukan, adapun persepsinya sebagai berikut.
Adil rasanya kalau kita melihat dari sisi ini : Dahulu kita telah dijajah 3,5 abad lamanya, pikiran kita dibelenggu, diasingkan dan sulit untuk berkembang. Singkatnya begini, jika kita tidak dijajah mungkin kita sudah bisa membuat kapal perang sendiri, mungkin kita sudah dapat membuat komputer dan program-programnya sendiri, bahkan mungkin kita sudah merajai perusahaan-perusahaan komputer dunia. ” Tapi toh pada kenyataannya tidak kan? Ya itu karena akibat penjajahan, ya to ? ” (obrolan orang ngantuk...ya begini). ”Lalu wajarlah kalau sekarang kita menikmati hasil-hasil dari negara-negara yang kebetulan sudah maju terlebih dahulu itu, dengan penghargaan yang kecil (”mbajak”) lha wong kita disini tujuannya untuk mengikuti zaman tapi tidak punya ”kemampuan” karena dulu dijajah. Dan wajar pula jika pemerintah tidak memikirkan serius hal ini lha waktu dijajah gak diajarin untuk menghargai hasil karya orang lain oleh penjajah. Lalu ”mbajak” itu salah satu jalannya, toh itu juga warisan dari leluhur kita (maksudnya mbajak sawah ; kalau ini sudah benar-benar ngawur) ”.
Adil kannn...bweeh (guyonan orang-orang abnormal....silakan maki-maki aja kalau gak setuju)
-Gama TW-